Selamat Datang di Blog Saya Echoe Ghazy Silah kan Pilih Daftar Bacaan Saya Semoga Bermanfaat "Crateb By : "Echoe Ghazy"
Crateb By : "Echoe Ghazy

Minggu, 22 Mei 2011

Drama 4 Orang

NASKAH DRAMA
PERSAHABATAN ADE DAN MELLY
Karya Yati Listiyati
Para Pelaku :
1. Ade, gadis kecil penjual asongan dan penjaja payung.
2. Melly.
3. Mama Melly
4. Ibu Ade.

Adegan I
Sore hari di halte
Semenjak tadi siang hujan tak kunjung reda. Melly terpaksa pulang sendiri. Melly berteduh dan menunggu mobil angkutan umum yang lewat. Di halte bukan hanya Melly saja yang berteduh. Ada seorang bapak tua sedang melindungi isi gerobak barang rongsokannya dengan plastic. Ada seorang bocah lelaki yang termenung karena sebagian koran jualannya basah dan belum terjual. Beberapa ibu dan anak-anak sekolah asyik makan gorengan dan tertawa cekikikan.
Melly : (Bergumam) Coba kalau Mas Dodi jemput aku. Aku tak perlu menunggu dan berebut mengejar mobil angkutan umum. Tidak mungkin aku terus menunggu Mas Dodi. Mas Dodi terjebak macet di Tanah Abang. Pasti akan sangat lama menunggu dia. Aku harus cepat pulang, banyak tugas yang harus akau kerjakan. Aku berharap semoga hujan cepat berhenti.
Tiba-tiba ada seorang gadis kecil menghampiri Melly. Dari sekian banyak orang yang berteduh, gadis itu hanya menawarkan payungnya untuk Melly.
Ade : Kakak belum dapat mobil angkutan umum ya?
Melly : Iya, dari tadi Kakak belum dapat mobil.
Ade : Gimana kalau pake payung saja saja Kak. Sebentar lagi udah mau magrib, nanti Kak Melly kemaleman pulang ke rumah.
Melly : (Melly heran kenapa gadis itu tahu namanya. Melly berpikir kalau gadis itu salah satu anak yang tinggal di sekitar rumahnya. Tetapi Melly tidak menanyakan kenapa gadis itu tahu namanya. Melly menerima ajakan gadis kecil itu) Yuk!
Melly dan gadis kecil tersebut berjalan pulang menuju rumah Melly.

Adegan II
Siang hari di gerbang sekolah. Melly sedang menunggu Mas Dodi menjemputnya. Tiba-tiba Melly melihat sosok gadis kecil yang sedang berjalan sendirian sambil membawa dagangannnya.
Melly : (Bergumam) kalau ga salah, gadis kecil itu yang seminggu lalu menawarkan payungnya untukku. Jadi dia juga menjajakan asongan.
Melly : (berteriak memanggil Ade) Adik kecil!
Ade : (menoleh ke Melly) Kakak! (Ade menghampiri Melly)
Melly : Kamu juga jualan asongan? Memangnya kamu tidak sekolah?
Ade : Iya, Kak. saya jualan asongan. Ibu sedang sakit, jadi saya jualan asongan dan sore hari menawarkan payung kalau hujan. Sudah dua minggu saya tidak sekolah, Kak!
Melly : Kamu memang anak yang baik. Sabar ya..sebentar lagi ibumu pasti sembuh. Beliau pasti bangga punya anak yang baik seperti kamu. Oia, rumah kamu di mana?
Ade : Tidak jauh dari rumah Kak Melly. Di gang belakang.
Melly : O ya..Kok kamu tahu nama Kakak?
Ade : Ya tahu dong. Abang-abang cowok di belakang sering nyeritain Kakak. Mereka kan sering godain Kakak kalau berangkat sekolah.
Melly : O…iya iya. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?
Ade : Masa sama tetangga sendiri ga tahu. Kalau pagi-pagi Ade kan sering lewat di depan rumah Kaka.
Melly : O…jadi nama kamu Ade?
Ade ; Iya Kak.
Melly : (Melirik dagangan Ade) Ngomong-ngomong permen yang itu haganya berapa?
Ade : Yang ini Kak? Ini harganya lima ratus satu bungkus. Kakak mau beli?
Melly : Iya. Kakak beli dua bungkus ya De.
Ade : (Menyodorkan permen) Ini permennya Kak.
Melly : (Memberikan uang sepuluh ribu rupiah) Ini uangnya, De. Kembaliannya buat kamu saja.
Ade : Terima kasih banyak Kak.
Melly : Sama-sama. De, Kakak pulang dulu ya. O ya, semoga ibumu cepat sembuh ya.
Ade : Iya, Kak. Sekali lagi terima kasih Kak.
Melly pulang dan Ade kembali menjajakan dagangannya.

Adegan III
Jam 19.30 di gang belakang dekat rumah Ade. Melly akan rapat di rumah Pak RT tetapi, Melly tidak hapal jalan ke rumah Pak RT. Dia bolak-balik di gang beberapa kali samapi kemudian ada yang memanggil namanya.
Ade : (Berteriak memanggil Melly) Kak Melly!
Melly : (Menoleh ke sumber suara. Ternyata Ade tersenyum dan berdiri di depan pintu, di sebuh rumah kecil yang sederhana) Ade gak ngojekin payung?
Ade : Iya ….kan hujannya udah berenti, Kak.
Melly : O…iya ya. Kakak nggak sadar.
Mely dan Ade tertawa berdua. Seorang ibu muncul di depan pintu, memperhatikan Melly dan Ade.
Ade : Bu, ini yang namanya Kak Melly, yang baik banget itu.
Ibu Ade: O… ini pasti nak Melly yang kemarin malem diceritain sama Ade. Katanya nak Melly baik banget.
Melly : Ah, Ade terlalu berlebihan, bu.
Ade : Mari masuk Kak.
Melly : Terima kasih Ade. Kakak mau rapat di rumahnya pak RT. Kamu tahu di mana rumah pak RT?
Ade : Tahu, Kak. Yuk Ade anterin sekalian.
Melly : Wah kebetulan kalau begitu, kalau ga ada kamu Kakak pasti nyasar nih.
Mereka berdua tertawa lagi.

Adegan IV
Siang hari di halte. Hujan turun lagi tapi tidak terlalu deras. Mama Melly sedang menunggu di halte.
Melly : (Melly datang menghampiri mamanya) Ma, ngapain di sini? Mama mau jemput aku?
Mama Melly : Tadi ibunya si Ade ke rumah nemuin mama. Ngabarin kalau si Ade ketabrak mobl waktu dagang asongan. Baru aja. Mobil yang nabrak kabur.
Melly : Si Ade?! Sekarang kita langsung aja ke rumahnya si Ade.
Melly dan mamanya langsung ke rumah Ade.

Adegan V
Di rumah Ade. Banyak pemuda dan bapak-bapak bergerombol di depan rumah. Saat Melly dan mamanya masuk banyak ibu-ibu menangis. Ade terbaring di ranjang sederhana, kemeja putihnya banyak bercak-bercak darah. Mengetahiu kedatangan Melly dan Mamanya semua pasang mata langsung memandang ke arah mereka. Ibunya Ade langsung menyambut Melly dan Mamanya.
Ibu Ade : (Menangis tersedu-sedu) Nak Melly, Ade ketabrak mobil. Keterlaluan sekali orang yang nabrak anak saya itu, bukannya turun dan membawa Ade kerumah sakit, malah kabur.
Melly : (Panik) jadi sampe sekarang Ade belum di bawa ke rumah sakit?
Ibu Ade : Kami ga punya uang, rumah sakit mahal, Non. Pak RT lagi doa di mushola, supaya yang nabrak Ade datang ke mari.
Melly : Kalau begitu, saya mau bawa Ade ke rumah sakit, tolong panggilin taksi, Pak! (Melly meminta tolong kepada bapak-bapak yang ada di luar rumah).
Ibu Ade : (Menangis) Untung ada nak Melly, kalau tidak…
Melly : Berdoa saja bu, supaya Ade cepat sadar.

Adegan VI
Di rumah sakit. Ade terbaring lemah dan bergerak siuman. Dan pelan-pelan mulai membuka matanya. Lalu tersenyum senang ketika melihat Melly ada di sampingnya. Dari kedua bola matanya terpancar sinar yang lembut dan indah.
Ade : Terima kasih Kak.
Melly : Berterimakasihlah kepada Tuhan, karena Dialah yang menyelamatkan Ade. Kak Melly yakin sebentar lagi pasti Ade sembuh. Ma, kalau Ade udah sembuh, boleh kan Ade jadi adiknya Melly? (Melly memegang tangan Mamanya dan meminta dengan penuh harap).
Mama Melly : Boleh dong sayang. Nanti Ade sama ibunya Ade bisa tinggal di rumah kita.
Melly : Makasih ya ma. Mama emang mama yang paling baik. (Melly memeluk mamanya). De, mau kan jadi adiknya Kak Melly?
Ade : Mau banget Kak. Ade seneng akhirnya Ade punya kakak.
Mama Melly : Gimana bu? Mau kan tinggal di rumah kita?
Ibu Ade : Wah, tentu aja mau bu. Terima kasih banyak ya bu. Semoga amal ibadah ibu mendapatkan balasan dari Allah. Amin…
Melly : (Mencium kening Ade) Cepet sembuh adikku sayang.
Semua tersenyum bahagia. Melly dan Ade menjadi satu keluarga.




TAMAT
Last Update

Drama 7 Orang

Berkumpul di Hari Ibu (Contoh Naskah Drama)

Posted by Afandi pada 2010/01/19

Berkumpul di Hari Ibu

(Naskah Drama)

Tokoh:

Ibu Shofi: 59 tahun

Sandra: 35 tahun

Nora: 30 tahun

Silvi: 24 tahun

Meila: 20 tahun

Dilla: 8 tahun

Minem: 33 tahun

Latar/Lokasi:

Babak 1: Ruang Keluarga

Babak 2: Ruang Makan

Babak 3: Ruang Keluarga

Babak 1

(Di sebuah ruang keluarga, duduk santai Ibu Shofi, Meila, Silfi, Nora)

Ibu Shofi: Sepertinya jarang ya kita berkumpul seperti ini. Kalian berkumpul di rumah, untuk makan malam bersama, dengan ibumu yang sudah tua renta ini.

Kalian semua terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sih.

Hmmmm Jadi… ibu sering sendirian deh di rumah.

Silfi: Tapi sekarang tidak sendiri lagi kan bu?

Kami semua ada di sini menemani ibu.

(mendekat, memeluk dan mencium ibunya)

Ibu Shofi: Mana Bagas, Meila? Dia jadi kesini kan?

Minem: (Masuk membersihkan meja, tanpa bicara apa-apa)

Meila: hmm sepertinya Mas Bagas sedang ada di Batam bu. Tanggung untuk pulang.

Proyeknya masih berjalan setengah.

Ibu Shofi: Anak lima… kok… yang ngumpul cuma tiga…

Kemana lagi tuh si Sandra, jadi kesini tidak. Itu anak kok tidak bisa diatur ya?

Di suruh kuliah tinggi, malah maunya masuk teater. Disuruh kerja yang bener, malah sukanya pentas. (sambil mengelus dada)

Nora: Bu… bu. Jangan seperti itu, Mbak Sandra kan anak ibu juga. Setiap manusia kan punya pilihan sendiri untuk hidupnya. Seperti Mbak Sandra memilih teater untuk menjalani hidupnya.

Minem: Ya, ndoro, barang kali aja, Mbak Sandra itu bisa jadi artis terkenal, masuk tivi.

Silfi: Nem, Nem, ngomong apa kamu itu. Eh, tapi bener juga ya?

Sana Nem, ambilin tasku yang tadi di kamar.

Minem: Nggih. (langsung beranjak masuk)

Ibu Shofi: Lah, bisnismu sekarang gimana Fi?

Maju kan?

Silfi: Alhamdulillah bu. Ada investor yang mau mendanai. Website kita juga banyak pengunjungnya. Jadi pemasarannya sudah sampai ke luar negeri.

Ibu Shofi: Duh, senangnya anakku yang ini berhasil. Jadi ingat almarhum ayahmu. Pasti dia juga bangga.

Tapi kapan kamu nikahnya???.

Nora: Hehe… Silfi sudah punya calon bu, tinggal di ajukan aja ke Ibu.

Iya kan Fi? (Sambil mengedipkan mata ke Silfi)

Silfi: (malu-malu)

Ibu Shofi: Iyo, to Fi?

Ya, aku ikut senang. Udah cepat aja calonmu itu kamu bawa ke sini.

Silfi: Inggih Bu. Tapi Mas Dani sepertinya masih sibuk dengan urusannya.

Insya Allah, setelah semua beres akan aku ajak kesini.

Nora: Oh, kamu sekarang sama Dani toh?

Silfi: (tersipu) ya Mbak.

Ibu Shofi: Dani ya namanya?

Silfi: Mengangguk pelan.

Minem: (masuk) Ini tasnya Mbak (sambil menyerahkan bungkusan ke Silfi)

Silfi: Makasih Nem.

Ibu Shofi: Eh, anakmu tadi kemana Ra?

Silfi: Iya, kemana Dilla tadi?

Nora: Itu di depan sama Meila.

Tidak tahu lah, mereka kok cocok ya? Padahal kan tante sama ponakan.

Dilla…… (berteriak memanggil)

Dilla: (berteriak dari luar) Sebentar bunda, ini masih asyik ni sama tante.

Ibu Shofi: Sudah biarkan saja. Meila memang seperti itu kok Ra. Jiwanya masih jiwa anak-anak.

Silfi: Gimana sih, mbak? kan biasa. Aku juga sering bercanda sama Dilla, dia memang anak yang lucu dan menyenangkan. Aku juga suka sama anakmu itu Mbak.

Minem: Ndoro makanannya sudah siap. Monggo didahar…

Silfi: Ayo bu kita makan…

Ibu Shofi Sebentar Fi, ibu mau menunggu kakakmu Sandra dulu…

Nora: tak usah ditunggu bu… Mbak Sandra sudah bilang tidak bisa datang.

Ibu Shofi: Baiklah…

Silfi: Oh, benarkah Mbak Sandra tidak akan datang?

Nora: Katanya si begitu.

Ibu Shofi, Nora, Silfi, Minem: (menuju ruang makan, disana tersaji berbagai makanan yang telah disiapkan untuk merayakan hari ibu malam itu)

Babak 2

(Di ruang makan, duduk menghadap meja makan, Nora, Ibu Shofi, dan Silfi. Minem merapikan meja dan menyiapkan sajian makanan)

Nora: Nem nem… tolong panggilkan Dilla dan Meila, bilang makanan sudah siap.

Minem: Ya mbak

Nora, Ibu Shofi, Silfi: (terdiam sambil merapikan duduknya)

(Berselang beberapa detik, didepan rumah, tampak minem berbicara ke Dilla dan Meilla yang sejak tadi terlihat asyik ngobrol)

Dilla: Budhe Sandra!!!…… (berteriak didepan rumah sambil berlari menghampiri dan memeluk budhe Sandra)

Meila, Dhilla dan Sandra: (masuk ruang makan bersama Minem dibelakangnya)

Sandra: Malam bu…

Ibu Shofi: (diam sejenak dengan pandangan menyelidiki kearah Sandra)

Kemana saja kau Ndra? Pulang-pulang tanpa salam, lihat adik-adikmu sedari tadi sudah ada disini menemani ibu.

Nora: Dilla sini nak… (Memanggil Dilla sambil menyuruhnya duduk disebelah)

Dilla: Baju budhe bagus ya ma… (dengan suara pelan)

Nora: iya sayang…

Sandra: Dilla mau? Nanti budhe belikan ya (sambil tersenyum simpul kearah Dilla)

Ibu Shofi: Sandra, jangan mengalihkan perhatian jawab, pertanyaan ibu tadi. (dengan nada tegas)

Sandra: Maaf bu…

Assalamualaikum.

Semua: Waalaikum salam.

Sandra: Tadi ada pentas di Galerinya mas Dafa. Maaf hanya aku saja yang kemari, mas Dafa masih sibuk membereskan semua barang-barang seni nya, Mas Dafa ingin sekali bertemu dengan ibu tapi keadaan yang tidak bisa kompromi (sambil menunduk)

Ibu Shofi: Kalian berdua… Ada saja alasan. Cucuku mana Ndra? (dengan nada geram)

Sandra: Iya, Fian dan Nando ikut ayahnya beres-beres galeri.

Ibu Shofi: Setiap kali kesini, cucuku tak pernah kau ajak.

Kenapa Ndra. Malu kau punya ibu seperti ini?

Nora: Ya, mungkin tidak ada waktu yang tepat bu. Jangan salahkan Mbak Sandra.

Ibu Shofi: Kalian selalu saja membela Sandra.

Meila: Ibu… sudahlah… sekarang yang terpenting mbak Sandra sudah disini, meski tanpa Mas Bagas, Mas Dafa dan Mas Hari, kita bisa berkumpul disini khan (sambil membelai tangan ibunya)

Silfi: Bu… makanannya kalau dingin tak akan enak untuk dimakan. Fian dan Nando, juga sudah bertemu ibu kan, lebaran kemarin.

Ibu Shofi: Iya, aku hanya rindu dengan cucuku yang ganteng-ganteng itu.

Hmmm baiklah… maafkan ibu kalian ini ya… baiklah kita mulai saja makan malamnya.

Semuanya: Bismillahirahmanirahim

(Mereka semua makan malam dengan suasana yang sudah mulai mencair, tak ada ketegangan lagi diantara Sandra dan Bu Shofi)

***

Babak 3

(Di ruang tengah setelah mereka selesai makan malam. Ibu duduk di kursi yang tersandar didepan meja, sedangkan Silfi, Nora, Minem, Meila dan Dilla duduk di Shofa. Sandra duduk disebelah Ibu Shofi untuk memijat kakinya yang sudah tua).

Ibu Shofi: Ibu ini sudah tua… semakin tua… sudah tak seperti dulu yang mampu merawat kalian semua, yang menyayangi kalian dengan semangat yang tak kenal lelah. Namun kini ibu sudah lemah, lihat… kaki ibu sudah rentah… harusnya kalian mau bergantian menemani ibu, bukan hanya dihari-hari besar saja kalian semua baru kumpul (sambil tertunduk pilu)

Sandra: Bu… maafkan sandra yang selama ini selalu mengecewakan ibu… tak pernah mendengar kata-kata ibu… (sambil memeluk ibu Shofi dan menangis pelan)

Ibu Shofi: Ibumu ini selalu memaafkanmu nak… Ibu selalu mendoakanmu sandra… meski kau mungkin sering lupa dengan ibumu ini (Menangis tersedu-sedu)

Sandra: Aku takkan pernah lupa dengan ibu yang melahirkanku dan merawatku selama ini

Ini hadiah buat ibu (sambil mengambil bingkisan berwarna putih dalam tasnya)

Ibu Shofi: Terima kasih sandra…

Dilla: Nek… ini hadiah untuk Nenek… dan ini hadiah untuk Bunda… (dengan tingkah lucunya)

Ibu Shofi dan Nora: oooh terima kasih sayang….

Meila: Bu aku tak bisa memberikan apa-apa… aku beri ibu ciuman saja ya … (tersenyum sambil mencium pipi ibu shofi)

Dilla: Aku juga mau tante. Untuk Ila mana?

Meila: (langsung menarik Dilla dan menciuminya)

Silfi: Terima kasih bu atas kasih sayangnya selama ini kepada kami semua, ibu tau… Ibu lah yang terbaik dalam hati kami

Ibu Shofi: (menghapus air matanya dan tersenyum)

Alhamdulillah… ya Allah… malam ini begitu indah… Ibu… tak mengharapkan apa-apa dari kalian, bukan harta atau balasan yang ibu cari dan minta dari kalian. Ibu hanya ingin sayangilah ibumu ini nak… sebelum semuanya terlambat

Ibu bangga memiliki kalian semua…

Juga memiliki Minem yang senantiasa membantu ibu dan tak pernah sakit hati bila terkena marah ibu.

Minem: Minem juga sayang sama ndoro… tapi ndoro jangan suka marah ya… nanti tambah tua… banyak senyum aza… ndoro.,… biar awet muda…

Semuanya: Hehhehehe

Dilla: Iya, nenekku masih kelihatan cantik kok. Bahkan sepertinya masih lebih cantik nenek dari bunda.

Nora: Iya, tul. Betul kamu Dilla, nenek memang terlihat cantik kalau selalu tersenyum. Jadi ibu nggak usah sedih ya. Senyum!

Ibu Shofi: Sudah. Nih sudah senyum.

Semua: (tersenyum)

Nora: Oh, ya, Mbak Sandra tadi telpon kalau tidak bisa datang?

Sandra: Ya, memang, tapi aku sempat-sempatin lah. Aku kan juga kangen sama ibu, juga pada kalian.

Silfi: Ih, mbak Sandra bisa kengen juga ya.

Hehehe.

Nora: Tuh, kan Bu. Mbak Sandra juga selalu ingat sama ibu.

Ibu Shofi: (tersenyum)

Sandra: Baiklah bu. Kami semua akan berjanji untuk menemani ibu bergantian.

Benarkan Nora.. Silfi..

Meila: Iya, Mbak Sandra. Iya bu, kami akan menjaga ibu.

Karena kami semua sayang ibu.

Dilla: Dilla juga sayang nenek. I love you grandma.

Ibu Shofi: Alhamdulillah… (tersenyum bahagia)

(Malam itu dilewatkan dengan suka cita yang mengharukan, meskipun Ibu Shofi tidak bisa berkumpul dengan semua anak-anak dan menantunya. Keempat anaknya Sandra, Nora, Silfi, Meila dan cucunya Dilla, sudah membuahkan kebahagiaan yang istimewa di Hari Ibu. Selamat Hari ibu…)

Jumat, 20 Mei 2011

Drama dengan 5 Orang

Narator : Aaron dan Julio merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Julio jatuh miskin, Aaron pun tak ingin lagi bersahabat dengan Julio. Suatu siang ketika Julio, Aaron, Nuii, Gerit dan Romario sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Julio dengan berat hati mengatakan kepada Aaron untuk membantunya. Karena menurutnya Aaron lah yang bisa menolongnya dan Aaron merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Aaron balik menghina Julio.
Julio : Aaron, bisakah kau menolongku sedikit saja?
Aaron : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong?
Julio : Kenapa dengan mu Aaron? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?
Aaron : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya.
Nuii : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.
Julio : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Aaron?
Aaron : Baik-baik saja? Gini ya Nui, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.
..........( Julio pun pergi karena mendengar perkataan Aaron seperti itu )……….
Nuii : Jangan begitu Aaron. Bukannya kau dan Julio memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Julio dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.
Romario : Betul itu kata Nui. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia.
Gerit : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini?
Aaron : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing.
Romario : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Julio berakhir seperti ini.
Aaron : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. ( Aaron pun langsung pulang )
Gerit : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Julio. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Julio ketika ada masalah?
Nuii : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Aaron hanya mau berteman dengan orang yang Kaya.
Romario : Pantas saja.
Gerit : Pantas apanya?
Romario : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja.
Nuii : betul itu.
Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Julio. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Julio di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.
Nuii : Hey bukannya itu Julio?
Romario : ia benar itu Julio. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.
Nuii : ia benar. (Nuii pun langsung menarik Aaron yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan?
Aaron : haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin.
Gerit : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia.
Nuii : Julio, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?
Julio : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat.
Aaron : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang miskin.
Romario : sudahlah Aaron, begitu-begitu Julio itu sahabatmu.
Nuii : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Julio?
Julio : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup.
Gerit : Mulia betul hati mu sobat.
Aaron : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.
Julio : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Aaron. (Julio pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk)
Nuii : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Aaron, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Julio rasakan sekarang.
Gerit dan Romario : Betul itu.
Aaron : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha ( sambil tertawa Aaron pun jalan meninggalkan mereka bertiga)
Gerit : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja.
Nuii : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita
Romario : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Julio.
……….( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )……….
Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Julio. Dan ketika semuanya telah terjadi, Aaron pun merasakan apa yang dulu Julio rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Aaron tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Julio


Semoga Bermanfaat bagi Pembaca Khususnya...